Sunday, April 24, 2011

Penerapan Ilmu Matematika Dengan Bidang Psikologi

Matematika sangat berpengaruh besar dalam menguraikan menyelidiki, maupun menghitung hasil penyelidikan dan penelitian psikologis yang didasarkan pada model matematis persepsi, proses kognitif dan motor, dan pada pembentukan aturan hukum seperti yang berhubungan karakteristik stimulus diukur dengan perilaku terukur.
Disini akan membahas mengenai penerapan ilmu matematika dalam bidang Psikologi,
Contoh yang paling akrab dengan bidang psikologi salah satunya adalah “PSIKOMETRI “ .
Matematika dan Psikometri”
a.Pengertian psikometri
Psikometri atau  Psychometric didefinisikan dalam  Chambers Twentieth-Century Dictionary. Sebagai “branch of psychology dealing with measurable factors’. Untuk menelusuri  perkembangan awal psikometri maka tidak mungkin kita menafikan perkembangan inteligensi, karena perkembangan psikometri berkembang bersama dengan perkembangan teori dan pegukuran inteligensi.
Psikometri merupakan bagian dari psikologi yang mengkhususkan diri dalam menangani masalah pengukuran aspek-aspek psikologis. Kita sering mendengar kata kepribadian, kecerdasan, temperamen, dll.  Setiap kata tersebut merupakan bagian dari kita.  Tidak ada orang yang tidak punya pribadi, kecerdasan, atau temperamen.
b.Pengertian pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen
Jadi pengukuran adalah pemberian angka-angka kepada obyek atau peristiwa menurut suatu aturan. Berapa panjang meja, tiang, kain adalah contoh-contoh mencocokkan obyek-obyek dengan suatu ukuran.
Sifat Matematika.
Pengukuran sangat berkaitan dengan matematika. Kita tidak dapat memahami sifat pengkuran tanpa mengetahui apa-apa tentang matematika. Matematika sebenarnya bukan sekedar angkaangka tetapi adalah sebuah bahasa logika (Bertrand Russel).
Karakteristik pengukuran:
1.     Pembanding antara atribut yang diukur dengan alat ukurnya. Ketika pak Anto’      mengenakan tes    WAIS kepada Asrul pada dasarnya Pak Anto’ hendak membandingkan skor yang diperoleh Asrul pada tes WAIS dengan suatu kontinum skor yang ada pada tes WAIS.
2.     Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
3.     Hasilnya bersifat deskriptif .
Mengapa perlu dilakukan pengukuran?
1. Objektivitas.
2. Penyajian data secara rinci, bisa dilakukan analisis matematis, komunikabilitas hasil yang tinggi.
3. Ekonomi.
4. Generalisasi
Evaluasi
1.  Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil ukur dengan suatu norma1 atau suatu kriteria. Sebagai contoh, seorang Psikolog tidak bisa mengatakan bahwa skor 70 yang diperoleh Leely (6 tahun) pada tes BINET adalah tergolong baik atau buruk, sebelum Psikolog tersebut membandingkan dengan norma tes yang ada. Seorang Psikolog juga tidak bisa mengatakan skor 90 yang diperoleh Asrul (25 th) pada tes WAIS tergolong sebagai IQ yang Average, Brigh Everage, atau Superior sebelum Psikolog tersebut membandingkan dengan norma tes yang ada.
2.   Hasilnya bersifat kualitatif.
3.  Hasilnya dinyatakan secara evaluatif.

Norma adalah rata-rata, secara umum norma dibagi menjadi dua yaitu :
·         Norma perkembangan (seperti pada tes BINET)
Awal munculnya tes Binet ini pertama kali di kembangkan oleh Binet dan Simon skala ini di kenal dengan nama skala 1905 pada awalnya skala ini di gunakan untuk mengukur dan mengidentifikasi anak anak yang memiliki keterbelakangan. Pada skala ini terdiri dari 30 soal dan disusun dari soal yang paling mudah dan ke yang paling sulit. Pada skala ke dua pada tahun 1908 jumlah soalnya di tambah dan soal soal tersebut kemudian di kelompokan menurut dengan jenjang umur berdasarkan atas kinerja 300 orang anak normal yang berumur 3 sampai dengan 13 tahun.
Skala ke tiga Binet dan Simon di terbitkan pada tahun 1911 pada tahun 1912 setelah binet meninggal, dalam kongres psikologi intenasional di Genewa, seorang ahli psikologi dari jerman William Sterm mengusulkan koonsep koefisien intelegensi yaitu IQ = MA / CA dan kemudian konsep inilah yang di gunakan secara luas di mana mana.

·         Norma kelompok (seperti pada tes WAIS )
Weschler Adult Intelligence Scale Test (Tes WAIS)
Tes ini dibuat pada tahun 1955, disusun oleh David Wechsler. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran intelegensi terdiri dari beberapa aspek (aspek verbal, abstrak, numerical, bahkan faktor G). Oleh karena itu dalam tes WAIS ada 2 kelompok susunan tes, yaitu : kelompok verbal (lisan) dan kelompok performance (perbuatan).
Tes WAIS bertujuan untuk mengungkap inteligensi orang dewasa. Tujuan pemisahan verbal dan performance IQ adalah untuk keperluan diagnosa, jika misalnya seseorang mendapat handicap dalam bidang verbal atau cultural.
Seperti dalam segala tes psikologi, pemberian WAIS secara layak meminta penguji yang mampu, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai (tenang), dan waktu yang cukup. Materi tes harus dijaga dari pandangan subjek, sampai sub-tes itu disajikan dalam testing.

Jenis data
Skala nominal: Skala nominal adalah skala yang berfungsi sebagai pembeda atau menunjukkan suatu karakteristik. Sebagai contoh, Seorang peneliti melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Produktivitas Kerja Antara Pekerja Pria dan Wanita. Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka peneliti memberi angka 1 untuk Pria dan angka 2 untuk Wanita.
Skala ordinal: Adanya perjenjangan dan jarak antar jenjang tidak sama. Contoh: Ranking kelas, dll.
Skala interval:
1.     Adanya perjenjangan dan jarak antar jejang diasumsikan sama.
2.     Nol tidak mutlak.
3.     Tidak dimungkinkan adanya perkalian atau pembagian.
Skala rasio:
1.Interval yang memiliki harga 0 mutlak.
2. Dapat dikenai operasi hitung.
Dalam Psikometri juga terdapat beberapa tes yang cara penelitiannya masih menggunakan matematika sebagai rumus dasarnya. Contohnya:
-           Tes performansi maksimal
-           Tes performansi tipikal

 Sumber :

No comments:

Post a Comment